HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI
Berikut adalah hasil pengalaman dalam
pelatihan komunikasi yang biasa saya laksanakan, hal-hal yang menghambat
komunikasi yakni:
1. Hambatan fisik
Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik atau badan
seseorang, misalnya tuna rungu atau orang yang tidak bisa mendengar. Di sisi
lain, hambatan fisik seperti saya harus berbicara keras dengan nenek saya
karena fungsi pendengarannya yang sudah berkurang. Pesan saya kepada
nenek pun terkadang tidak sesuai.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi
terhadap nenek saya ini atau orang yang memiliki fungsi pendengaran yang kurang
maka saya akan berbicara dengan ekspresi muka yang jelas dan suara lantang
sehingga bisa “terbaca”. Atau, informasi dituliskan sehingga nenek langsung
paham maksudnya.
Hambatan komunikasi juga bisa saja
terjadi apabila salah satu pihak memerlukan bahasa isyarat seperti pada orang
tuna wicara.
2. Hambatan kepribadian
Saya punya rekan kerja seorang pria yang sangat pemalu. Ia hanya berbicara
seperlunya. Ia tidak punya sahabat dekat, saya pun dihitungnya sahabat baiknya.
Ia mengatakan sudah beberapa kali mengikuti training “public speaking”. Ia
berujar bahwa sulit baginya untuk memiliki topik pembicaraan dengan lawan
jenis. Sifatnya yang minder dan pemalu akhirnya menjadi hambatannya saat kencan
dengan wanita meski menurut saya, sahabat saya ini adalah pria rupawan.
Selain sifat pribadi di atas,
orang-orang introvert juga cenderung mengalami kesulitan untuk membangun
percakapan pertama kali.
Kepribadian seperti sanguinis tentu
jarang mengalami hambatan berkomunikasi. Mereka biasanya selalu punya topik
pembicaraan dalam benak mereka dan memiliki pribadi yang menarik komunikatif.
3. Hambatan usia
Tentu tahu bahwa usia kadang menjadi hambatan saat kita berkomunikasi.
Misalnya, anak takut menyampaikan sesuatu kepada orangtuanya. Atau, saat orang
tua bicara anak harus diam mendengarkan, akibatnya komunikasi hanya terjadi
satu arah saja.
Yang paling terkini misalnya,
bagaimana anak remaja sekarang (:baca Alay) menggunakan kalimat-kalimat slank
yang sulit dipahami oleh orang yang lebih tua. Kesenjangan usia memang harus
dijembatani dengan baik sehingga pesan yang disampaikan tercapai.
Di sekolah, kerap saya menemukan ada
upaya mediasi antara orangtua dengan anak melalui guru BP atau guru wali kelas
agar tidak terjadi hambatan komunikasi antara orangtua siswa dengan siswa.
4. Hambatan budaya
Hambatan budaya dapat terlihat seperti yang pernah saya jumpai seorang
perempuan saat saya transit di Bandara Dubai. Ia membutuhkan informasi tapi saya
tidak bisa membalasnya (saat itu saya berbicara bahasa inggris) karena saya
tidak mendengar dengan jelas. Saya tidak bisa melihat ekspresi mukanya saat
berbicara karena dalam budayanya Ia harus mengenakan penutup mulut. Ia adalah
perempuan dari negara belahan Timur Tengah yang memang harus mengenakan busana
demikian.
Atau misalnya, di Thailand untuk
mengucapkan kalimat “terimakasih” akan berbeda bila disampaikan perempuan
menjadi “Kopunka” sedangkan apabila laki-laki menjadi “Kopunkap”.
Untuk budaya tertentu misalnya
perempuan dalam berkomunikasi mendapat porsi nomor dua setelah ayah, suami dan
kakak laki-laki.
5. Hambatan bahasa
Bahasa kerap menjadi hambatan bila kita berada di negara yang tidak sama bahasa
ibu yang miliki. Dalam tulisan sebelumnya, saya bercerita bagaimana saya
berupaya membantu teman kelas kursus bahasa jerman yang berasal dari negara
Slovenia. Saya pun menggunakan google translate saat saya menyampaikan tugas
pekerjaan rumah yang kemudian saya kirim lewat email. Meski tidak seratus persen
terjemahan itu benar tapi ia cukup mengerti pesan yang saya sampaikan.
Lain lagi saat saya kedatangan teman
dari RRC yang hanya bisa bahasa ibu dan kami bersahabat untuk bertukar
informasi satu sama lain. Saya tidak bisa bahasa mandarin. Dia tidak bisa
bahasa Inggris dan sedikit mengerti bahasa Indonesia. Saya terkesan sekali saat
kami merayakan hari ulang tahun bersama, saling mentraktir dan berkomunikasi
dengan berbagai macam cara seperti menulis, gerakan tangan, menggambar,
ekspresi muka hingga menggunakan alat peraga. Intinya adalah kita harus saling
mendengarkan satu sama lain agar komunikasi terkesan “nyambung”.
Beberapa kali saya kesasar di negara
orang pun, bekal saya dalam berkomunikasi dengan bahasa sebagai hambatan yakni
membawa kamus, alat tulis, kertas, kalkukator dan alamat kita tinggal.
6. Hambatan kecakapan teknologi
Dalam suatu pertemuan mediasi komunikasi orangtua dan anak di suatu sekolah,
saya menampilkan slide show tentang sms seorang ABG remaja kepada kekasihnya
dengan menggunakan kalimat atau kata-kata slank atau bahasa Alay. Bahasa Alay
menggunakan huruf besar dan huruf kecil dalam satu kata juga cenderung tidak
lengkap sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Apa yang terjadi? Orangtua
tidak bisa menangkap pesan SMS tersebut.
Kecakapan teknologi lainnya seperti
penggunaan fitur-fitur handphone pintar yang tidak semua orang bisa
menggunakannya.
Saya pernah mengalami hambatan
komunikasi saat tawar menawar membeli sovenir. Jurus komunikasi saya cuma satu
dalam tawar menawar, yakni bawa kalkulator. Saat sedang tawar menawar
kalkulator di HP saya habis baterai. Atau, mau menggunakan google translate
tetapi baterai HP mati.
7. Hambatan lingkungan alam dan
kondisi sekitar.
Hal ini bisa mudah ditemui semisal kita menjadi salah menangkap maksud
komunikasi karena suara yang bising atau polusi suara.
Lingkungan alam lain misalnya letak
atau jarak pengirim pesan dengan penerima pesan yang berjauhan menyebabkan
informasi tidak diterima dengan jelas.
Kita juga misalnya akan berbicara
dengan pelan saat malam hari, waktu tidur. Atau waktu tidur siang di beberapa
negara Eropa, orang sekitar diharapkan tidak menimbulkan kegaduhan suara.
Sehingga kita cenderung berbisik atau bersuara pelan jika berbicara.
Gangguan atau hambatan itu secara
umum dapat
dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal ,
yaitu:
A. Hambatan internal, adalah hambatan
yang berasal dari dalam diri
individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika
seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan
komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan
dapat melakukan komunikasi dengan baik.
B. Hambatan eksternal, adalah
hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar
belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy,
MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan
komunikasi, yaitu:
A. Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut
sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
Gangguan mekanik
Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan yang
bersifat fisik.
Gangguan semantic
Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam
pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai
pengertian suatu istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator,
akan lebih banyak gangguan semantic dalam pesannya. Gangguan ini
terjadi dalam salah pengertian.
B. Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan.
C. Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar
dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi
yang tak sesuai dengan motivasinya.
D. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.
Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam
bukunya Komunikasi Pemerintahan,
ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang
efektif:
(1) Perbedaan latar Belakang
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap
orang berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab
komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan yang
hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan memilih media
serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang diharapkan dapat dicapai.
Makin besar persamaan
orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan
tercapainya komunikasi yang efektif. Perbedaan yang mungkin dapat
menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi antara lain:
- Perbedaan persepsi
- Perbedaan pengalaman dan latar belakang
- Sikap praduga/stereotip
(2) Factor bahasa: bahasa yang
digunakan seseorang verbal maupun
nonverbal (bahasa tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi
antara lain:
- Perbedaan arti kata
- Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
- Komunikasi nonverbal
(3) Sikap pada waktu berkomunikasi.
Hal ini ikut berperan, bahkan
sering menjadi factor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat
menghambat komunikasi tersebut antara lain:
- Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
- Mengadakan penilaian terhadap pembaca
- Sibuk mempersiapkan jawaban
- Bukan pendengar yang baik
- Pengaruh factor emosi
- Kurang percaya diri
- Gaya/cara bicara dan nada suara
(4) Factor lingkungan: lingkungan dan
kondisi tempat kita
berkomunikasi juga ikut menentukan proses maupun hasil komunikasi
tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain:
• Factor tempat
• Factor situasi/ waktu
Menurut Wahyu Ilaihi, MA dalam
bukunya Komunikasi Dakwah. Factor
penghambat komunikasi, yaitu:
I. Hambatan sosio-antro-psikologis
Konteks komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator
harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab
situasi mata berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama
situasi yang berhubungan dengan factor-faktor
sosiologis-antropologis-psikologis.
2.Hambatan sosiologis
Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu
gemeinschaft dan gesellschaft. Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah
yang menjadikan perbedaan karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan
perlakuan yang berbeda dalam berkomunikasi.
3.Hambatan antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam
postur, warna kulit, dan kebudayaan.
4.Hambatan psikologis
Umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan komunikasi tidak
mengkaji dulu diri dari komunikan.
5. Hambatan semantic
Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya pada komunikan.
6. Hambatan mekanik
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi.
Upaya Dalam Mengatasi Hambatan
komunikasi
Ada beberapa cara untuk mengatasi
hambatan komunikasi, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara
memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa
verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap
umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam
berkomunikasi.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face), Komunikasi langsung
dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih persuasif.
Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
Disamping kata-kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata,
mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga meta-language (isyarat
diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah. Kosa kata yang digunakan
hendaknya dapat dimengerti dan dipahami jangan menggunakan
istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar. Gunakan pola kalimat
sederhana (kanonik) karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat
pesan sulit dimengerti.
HAMBATAN FISIK
DALAM PROSES KOMUNIKASI
Merupakan jenis
hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna netra,
tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus saling
berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan penting dalam
komunikasi ini.
Contoh: Apabila
terdapat seorang perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini maka
perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien
lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara
pada pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien
menderita tuna wicara maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca inderanya (misal:
gerakan tangan, gerakan mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia
ucapkan. Atau si pasien tuna wicara isa membawa rekan untuk menerjemahkan pada
si komunikan apa yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN
SEMANTIK DALAM PROSES KOMUNIKASI
Semantik adalah
pengetahuan tentang pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi hambatan
semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh
komunikator, maupun komunikan.
Hambatan
semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh:
partisipasi menjadi partisisapi
2.
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya
sama
Contoh: bujang
(Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki)
3.
Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara
denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat.
Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila
ini disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif
maka komunikasi kita gagal.
HAMBATAN
PSIKOLOGIS DALAM PROSES KOMUNIKASI
Disebut sebagai
hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur
dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan
psikologi dibagi menjadi 4 :
·
Perbedaan kepentingan atau interest
Kepentingan
atau interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang
yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian
kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.
Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan
atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi
komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya,
apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting
oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian
rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
·
Prasangka
Menurut Sears,
prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain,
dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu pengertian
persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa faktor dari hambatan :
personal dan situasional.
Untuk mengatasi
hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada komunikan, maka komunikator yang
akan menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral,
dalam arti ia bukan orang controversial, reputasinya baik artinya ia tidak
pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengan
kata lain komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas
yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
·
Stereotip
Adalah gambaran
atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative (Gerungan,1983:169).
Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-keterangan
yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang
Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya
dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu
pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat diterima
oleh komunikan.
·
Motivasi
Merupakan suatu
pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Gerungan 1983:142).
Motif adalah
sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan dan arah pada
tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda
sesuai dengan jenis motifnya.
Motif dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
1. Motif Tunggal
Contoh: Motif
seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk
memperoleh informasi.
2. Motif Bergabung
Contoh: (kasus
yang sama dengan motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif menonton televisi
adalah untuk memperolh informasi sekaligus mengisi waktu luang.
ANALISA :
Tidak mudah untuk melakukan
komunikasi secara efektif. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa
tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif.
Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang
merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator
kalau ingin komunikasinya sukses.
Ketika
anda sedang bercakap-cakap dengan orang lain di beranda rumah
anda tiba-tiba lewat kendaraan motor dengan suara knalpot yang bising, seketika
pula anda menghentikan pembicaraan karena merasa terganggu.
Hal ini dalam dunia komunikasi disebut noise (gangguan komunikasi).
Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika terjadi gangguan
dalam komunikasi.
Hambatan dalam berkomunikasi pasti
terjadi dikarenakan beberapa hal,
secara umum terdiri dari:
1. faktor internal
2. faktor eksternal
Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam
bukunya Ilmu, Teori, dan
Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
1. gangguan
2. kepentingan
3. motivasi terpendam
4. prasangka
Menurut Dr. Erliana Hasan, Msi dalam bukunya
Komunikasi Pemerintahan,
ada beberapa factor yang memengaruhi tercapainya komunikasi yang
efektif:
1. perbedaan latar belakang
2. faktor bahasa
3. sikap pada waktu berkomunikasi
4. lingkungan
Menurut Wahyu Ilaihi, MA dalam
bukunya Komunikasi Dakwah. Factor
penghambat komunikasi, yaitu:
1. hambatan sosio-antro-psikologis
2. hambatan semantik
3. hambatan mekanik
Upaya dalam mengatasi hambatan
komunikasi:
1. Gunakan umpan balik (feedback),
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face),
4. gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
1.
Faktor hambatan yang biasanya terjadi dalam proses komunikasi, dapat dibagi
dalam 3 jenis sebagai berikut:
a.
Hambatan Teknis
Hambatan jenis ini timbul karena lingkungan yang memberikan dampak
pencegahan terhadap kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan. Dari sisi
teknologi, keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi, akan semakin
berkurang dengan adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi dan sistim
informasi, sehingga saluran komunikasi dalam media komunikasi dapat diandalkan
serta lebih efisien.
b.
Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara
efektif. Definisi semantik adalah studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat
bahasa. Suatu pesan yang kurang jelas, akan tetap menjadi tidak jelas
bagaimanapun baiknya transmisi.
Hambatan
semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Salah pengucapan kata atau istilah karena terlalu cepat berbicara.
contoh:
partisipasi menjadi partisisapi.
2.
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama.
Contoh: bujang
(Sunda: sudah; Sumatera: anak laki-laki).
3.
Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara
denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat.
Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang
piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Untuk
menghindari mis-komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih
kata-kata yang tepat dan sesuai dengan karakteristik komunikannya, serta
melihat dan mempertimbangkan kemungkinan penafsiran yang berbeda terhadap
kata-kata yangdigunakannya.
c.
Hambatan Manusiawi
Hambatan jenis
ini muncul dari masalah-masalah pribadi yang dihadapi oleh orang-orang yang
terlibat dalam komunikasi, baik komunikator maupun komunikan.
1.
Ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1. Mendengar.
Biasanya kita
mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi
yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang
bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber.
Kita cenderung
menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan
informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi
tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi
orang yang berbeda.
Kita sering
mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang
menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak
konsisten.
Gerak-gerik
kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi
porses komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi.
Pada keadaan
marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini
bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
dan lain sebagainya.
III.
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi
1. Membuat suatu pesan secara
berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta komunikan
yang akan dituju.
2. Meminimalkan gangguan dalam
proses komunikasi, komunikator harus berusahadapat membuat
komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga
penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti.
3. Mempermudah upaya umpan balik
antara si pengirim dan si penerima pesan, Cara dan waktu penyampaian
dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan umpan balik
dari komunikan sesuai harapan.
Memperbaiki komunikasi
Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif
diperlukan beberapa persyaratan, antara lain : persepsi, ketetapan,
kredibilitas, pengendalian, dan kecocokan / keserasian.Komunikasi yang efektif
dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi denganmemperhatikan tiga hal
sebagai berikut:
1.
Membuat satu pesan secara lebih berhati-hati
2. Minimalkan
gangguan dalam proses komunikasi
3. Mempermudah
upaya umpan balik antara si Pengirim dan si penerima pesan.
SUMBER :
Thanks :*
ReplyDeleteterima kasih atas artikelnya, saudari Anna...semoga jadi amal sholeh..
ReplyDelete